Lowongan Kerja Skripsi Gratis Jurnal Online STMIK AKBA STMIK AKBA YouTube LinkedIn Facebook Twitter Google+ RSS Desain Login

Selasa, 16 Oktober 2012

Faktor-faktor yang menyebabkan droup out balita di posyandu setelah imunisasi lengkap

Dalam rangka melaksanakan pembangunan kesehatan masyarakat Desa (PKMD) di Indonesia kita melaksanakan posyandu atau pos pelayanan terpadu. Melalui posyandu masyarakat dapat memperoleh pelayanan dasar paripurna keluarga berencana-kesehatan. Posyandu sangat penting dalam pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Dengan adanya posyandu diharapkan penurunan angka kematian bayi dan angka kesuburan dapat dipercepat (Depkes RI, 1988).
Angka kematian bayi merupakan indikator status kesehatan masyarakat yang lebih peka dibanding dengan angka kematian kasar. Adapun faktor penyebab angka kematian bayi adalah akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu; tetanus, infeksi saluran pernafasan, polio dan lain-lain. Penyebab utama kematian bayi adalah tetanus (9,8 %) bersama dengan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi lainnya seperti difteri, batuk rejan, dan campak, angka kematian menjadi 13% atau sekitar 34.690 bayi setiap tahunnya. Angka ini belum termasuk anak-anak yang sembuh tetapi meninggalkan cacat seumur hidup, sehingga menjadi beban keluarga (Depkes RI & Kesejahteraan sosial, 2002). Sensus penduduk tahun 1990 menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan, dimana angka pertumbuhan penduduk telah turun menjadi 1,97 % setiap tahunnya dengan rata-rata anggota untuk rumah tangga sebesar 4,5 jiwa (BKKBN, 1996).
Berdasarkan faktor status kesehatan masyarakat yang tercermin dalam indikator status kesehatan masyarakat, maka perlu adanya upaya yang lebih spesifik, upaya untuk meningkatkan status kesehatan. Pemerintah telah menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dikenal dengan posyandu. Posyandu merupakan pelayanan kesehatan primer dan bidan sebagai salah seorang tim kesehatan terdekat dengan masyarakat, khususnya pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita dengan cara penimbangan berat badan, pengamatan fisik dan mental serta penyuluhan kesehatan. Pos pelayanan terpadu merupakan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam bentuk pos timbangan , PMT, pos kesehatan dan sebagainya.
Posyandu seharusnya diperuntukkan bagi anak sampai usia 5 tahun, namun peneliti mengamati kebanyakkan atau rata-rata setiap balita yang sudah mendapat imunisasi lengkap tidak datang lagi ke posyandu atau droup out dari posyandu, dengan berbagai alasan seperti sibuk bekerja, tempat posyandu jauh, dan lain-lain. Dari data sekunder diperoleh jumlah balita usia 1-5 tahun di wilayah kecamatan ............ sejumlah 1284 anak. Sejumlah 88 anak balita di antaranya ada didesa ............ yang mendapat imunisasi lengkap dan droup out posyandu sejumlah 22%, sedangkan sejumlah 98 anak balita di antaranya berada di Desa ............ yang mendapat imunisasi lengkap dan droup out sejumlah 21%.
Tumbuh kembang merupakan proses kotinue sejak dari konsepsi sampai maturitas atau dewasa, yang dipengaruhi faktor bawaan dan lingkungan. Ini berarti bahwa tumbuh kembang sudah terjadi sejak dalam kandungan dan setelah kelahiran merupakan suatu masa dimana mulai saat itu tumbuh kembang anak dapat dengan mudah diamati (Soetjiningsih, 1995). Untuk itu posyandu merupakan salah satu sarana untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika anak droup out dari posyandu setelah imunisasi lengkap maka pemantauan tumbuh kembang anak tidak berlanjut sehingga bila terjadi keterlambatan tumbuh kembang tidak terpantau dengan baik.
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka peneliti ingin melakukan kajian lebih lanjut tentang faktor yang mempengaruhi droup out balita di posyandu setelah imunisasi lengkap. Sehingga hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi para bidan desa dan kader posyandu tentang faktor-faktor yang menyebabkan droup out balita di posyandu setelah imunisasi lengkap guna mencegah droup out balita di posyandu setelah imunisasi lengkap.



Password : GaC90En9

Tidak ada komentar: